Perbedaan budaya antara kedua orang tua tidak menjadi masalah untuk Sima dan Andine, justru mengajarkan mereka untuk mengerti satu sama lain. Banyak yang mengira bahwa perbedaan budaya adalah benih dari konflik, padahal perbedaan tersebut membentuk identitas kita yang patut untuk dibanggakan dan ekspresikan seperti apa yang Sima dan Andine ungkapkan.
Sebagai dokter umum di suatu rumah sakit, salah satu impian mungkin juga aspirasi Sima adalah dapat membantu orang sebanyak-banyaknya, entah itu pekerjaan atau hanya kegiatan sehari-hari, “Apakah yang kita lakukan sehari-hari itu berdampak buat diri kita dan orang lain?”
Hal menarik lain lagi dari Sima adalah dia lahir di Makassar, Ayahnya adalah orang dari Jawa Tengah, dan Ibunya dari Sulawesi Selatan, ditambah lagi Sima pernah menetap di Bandung dan juga Bali. Penasaran kan, kira-kira cerita seperti apa yang Sima akan bagikan dengan penuh keberagaman budaya seperti ini?
Perbedaan budaya antara kedua orang tua Sima tidak menjadi sebuah halangan. Seperti saat lebaran, keluarga Sima akan berkompromi untuk memutuskan mudik kemana dan mencoba menyelesaikan konflik dengan saling mengerti.
““Intinya, bagaimana kita saling belajar untuk menerima dan mengerti.Jadi konflik bukan karena perbedaan tetapi karena kita tuh gagal buatberusaha mengerti orang lain.”
”
Selain berusaha untuk mengerti, melakukan hal yang bermanfaat buat diri kita dan orang lain juga tidak kalah penting untuk merangkul keberagaman, “Sebisa mungkin yang kita lakukan itu tidak cuma bermanfaat buat kita sendiri tetapi buat orang lain juga.”
Tetapi jangan lupa juga untuk mengekspresikan diri kamu sebenarnya. Sima juga menekankan keberagaman budaya dalam keluarga juga harus dicapai dengan memiliki kebebasan dalam memilih apa yang kita mau jalani, karena dengan begitu kita akan menjalani setiap hari dengan senang dan tidak ada beban.
Berbincang dengan Andine, seorang mahasiswi yang belajar hukum wanita untuk menginspirasi perempuan-perempuan di sekitarnya agar berani dan percaya diri untuk menjadi diri sendiri.
““You know being a woman itself is a courage to live in a society we live today.”
”
Terlahir di dua latar belakang dan budaya yang berbeda membuat Andine melihat segala sesuatu nya dengan dua perspektif. Terlebih lagi, perspektif tersebut mengajarkan Andine untuk tahu bagaimana cara membawa dirinya di masyarakat.
Andine mengungkapkan secara budaya keluarga dari Ibunya yang merupakan orang Manado cenderung lebih blak-blakan, jadi tidak jarang Andine sering dikritik secara fisik sejak kecil. Tetapi Ibunya membuat Andine termotivasi untuk menyebarkan pentingnya perempuan merasa lebih percaya diri.
Menurut Andine, “Sebagai perempuan aku tidak mau hanya memberikan dampak positif tetapi juga ingin menginspirasi orang-orang sekitar untuk lebih berani mengekspresikan diri dan juga menjadi diri sendiri.”
Sedangkan keluraga dari Ayahnya yang merupakan orang Timor dan Belanda, yang lebih pendiam. Hal tersebut membuat Andine dapat memetik hikmah lahir dari kedua orang tua dengan budaya berbeda, “Bisa dibilang aku get the balance of both worlds, the bad part and the good part and then it becomes good.”
Daripada melihat perbedaan sebagai halangan, Sima dan Andine melihat perbedaan tersebut sebagai motivasi dan pelajaran untuk saling mengerti. Hal tersebut juga tidak menghalangi mereka dalam mengekpresikan budaya mereka secara terang-terangan.
Sebagai orang Indonesia yang hidup dalam keberagaman, masing-masing identitas kita unik apa adanya, dan kita patut untuk membanggakan keunikan dan perbedaan tersebut, dan untuk merangkul keberagaman dapat dicapai dengan saling mengerti
Untuk kamu yang setuju bahwa perbedaan budaya membuat kita saling mengerti, suarakan dukungan kamu dengan memakai merchandise edisi terbatas dari BASE.
Atau kamu juga bisa ikut giveaway BASE dengan tema kebebasan ekspresi. Yuk, ikutan!
Related tags
Was this article helpful?